Pengalaman
PTS (Ujian Tengah Semester)

PTS atau yang dulunya disebut UTS pasti pernah dialami semua
orang yang bersekolah. Disini kita menghadapi berbagai tes akademik untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan kita dalam hal akademik. UTS biasanya dilaksanakan
di tengah semester. Baru saja, mayoritas sekolah SMP melewati PTS.
PTS dan PAS merupakan saat-saat yang mengerikan bagi
siswa-siswa. Mereka harus belajar agar nilainya bagus dan memenuhi syarat KKM
(meskipun seharusnya kita belajar serius setiap hari). Sepertinya, orang tua
dan siswa sangat berpatokan pada nilai PTS dan PAS meskipun nilai-nilai lain
juga berpengaruh. Hal ini membuat siswa marak mencontek saat ulangan agar tidak
mengecewakan orang tuanya.
Saya bersekolah di SMP Labschool Jakarta, sebuah sekolah
swasta yang banyak diminati siswa lain. Disini fasilitasnya dan pendidikannya
bagus. Disini juga diutamakan kejujuran dalam tes. Karena itu, ruangan tempat
tesnya sering diacak untuk mencegah pencontekan. Dan sekali siswa ketahuan
mencontek, nilainya langsung dibagi dua. Menurut beberapa siswa ini sangat
menghalangi dirinya. Tapi, mayoritas dari siswa tahu bahwa kebijakan ini
diberlakukan untuk membentuk masa depan dirinya.
Sekarang, saya akan menceritakan pengalaman PTS semester
pertama saya di kelas delapan. PTS tahun ini dilaksanakan tanggal 3-7 Oktober.
Saya mendapat di ruangan 7D bersama dengan setengah kelas saya dan setengah
kelas tujuh. PTS di sekolah saya biasanya terdiri dari 50 atau 40 pilihan ganda
dan pengecekannya dengan cara di-scan di komputer.
Hari pertama tes dimulai dengan mata pelajaran Bahasa
Indonesia, disusul dengan Agama. Saya agak bingung di Bahasa Indonesia, karena
jawabannya relatif mirip dan mengecohkan. Kalau Agama, saya Agama Islam,
Kebanyakan dari pelajaran Agama adalah hafalan surat. Keesokan harinya, pelajaran Matematika dan
Prakarya. Saya tidak memiliki kesulitan di pelajaran Matematika, karena kalau
sudah hafal rumus semua akan lancar. Prakarya lumayan banyak hafalannya, namun
lebih mudah karena soalnya pilihan ganda. Hari Rabu, terdiri dari Bahasa
Inggris dan PPKn. Bahasa Inggris cukup mudah bagi saya, karena saya sering
menonton video di YouTube. Kalau PPKn, agak gampang-gampang susah kalau sudah
belajar sebagian. Besoknya, hari Kamis, mata pelajarannya IPA dan Seni Budaya.
IPA saya memiliki kesulitan di fisika, namus saya yakin nilai saya bagus. Seni
Budaya lumayan susah, tetapi pilihan ganda dapat memudahkan pilihan jawaban
saya. Terakhir, IPS dan PJOK di hari Jumat.
Di hari inilah, saya mulai bosan belajar, akhirnya saya kurang yakin
dengan nilai IPS saya, tapi saya harap nilai saya bagus.
PTS ini lumayan berbeda dari tahun lalu, karena tahun ini
boleh diberitahu nilainya sebelum pembagian raport bayangan. Dengan kebijakan
ini siswa sangat senang karena rasa gelisahnya dapat hilang tanpa harus
menunggu raport bayangan. Tapi, saya juga punya rasa takut kalau nilainya akan
jelek. Tapi saya tidak akan putus asa untuk selalu berdoa dan mengharapkan yang
terbaik. Selama ini, nilai yang sudah dibagikan cukup memuaskan.
Lanjutan Setelah Raport
Sudah Dibagi (18/10/2016):
Sekarang, raport sudah dibagi. Hasilnya cukup memuaskan
meskipun nilai saya setengahnya 88 dan 86. PTS ini benar-benar menjadi
tantangan karena saya juga disibukkan dengan pekerjaan dan tugas-tugas harian
yang banyak. Saya juga terganggu sama hobi bermain game saya. Pelajarannya,
sekarang saya harus lebih mempersiapkan diri saya dan menahan hobi bermain game
saya. Dengan cara ini saya harap saya lebih siap untuk PAS yang akan
dilaksanakan di Desember.
Pengalamannya sangatlah bagus.Dan nilai nilai nya hanif juga sangat bagus
BalasHapusBIasa aja. kayaknya sedikit bohong
BalasHapusJangan pernah bosan dalam belajar.
BalasHapusKalau kamu bosan belajar= malas
malas=bodoh
bodoh=gabisa kerja
gabisa kerja= gapunya duit
gapunya duit= ga makan
ga makan= mati
satu kesalahan bisa berakar menjadi seribu kegagalan
tapi jika kamu cerdik, seribu kegagalan bisa menjadi sejuta harapan
Setiap orang pasti males belajar gus, kalo orang gak males belajar bohong banget.
HapusKalo gitu cari dorongan biar gak males.
HapusMisal: kamu disekolahkan sebenarnya didorong agar kamu mau belajar dan terus berprestasi
Salam,M.Bagus
ini kyknya tulisannya penuh kebohongan deh, gapenting pula
BalasHapus